Saresehan Perguruan Tinggi Swasta di Lingkungan Kopertis Wilayah III

Dalam Sekapur Sirih

Oleh : Heri Kuswara*

Rabu, 25 Maret 2009, saya bersama Bp. M Islahuddin,S.Kom dan Bp. M. Ichsan,ST ditugaskan lembaga untuk menghadiri Saresehan Pembina Kemahasiswaan perguruan Tinggi Swasta di Lingkungan Kopertis Wilayah III tepatnya di Auditorium Binakarna Hotel Bumi Karsa Bidakara Pancoran Jakarta Selatan. Sebagai forum komunikasi dan informasi bagi para pembina kemahasiswaan perguruan tinggi di wilayah Kopertis III, saresehan tersebut lebih memfokuskan pembahasan pada terwujudnya kegiatan wirausaha mahasiswa sehingga kelak lulus tidak lagi menjadi seorang Job Seeker namun diarahkan menjadi  seorang  Job Creator (pencipta lapangan kerja).  Tidak kurang dari 200 perwakilan perguruan tinggi hadir mengikuti saresehan yang cukup akbar tersebut.

Tampil Prof  Dr.  Haryoto Kusnoputranto (Koordinator Kopertis Wilayah III) sebagai Nara Sumber pembuka dengan materi yang disampaikan  seputar landasan dan dasar pemikiran tentang pentingnya penerapan program kewirausahaan dikampus. Beliaupun menyampaikan program kerja kopertis wilayah III yang diantaranya : 1. Saresehan Pembina Kemahasiswaan, 2. Pelaksanaan Program Mahasiswa Wirausaha, 3. Olimpiade Mahasiswa Bidang Matematika, Fisika, Kimia dan Debat Bahasa Inggris, 4. Pemilihan Mahasiswa Berprestasi dan yang terakhir adalah  5.  Pelatihan Dasar Kepemiminan. Diakhir presentasinya beliau menyampaikan tiga jenis beasiswa yang diberikan Kopertis Wilayah III kepada mahasiswa yaitu : 1. Beasiswa Belajar Mahasiswa (BBM), 2. Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan 3. Beasiswa Peningkatan Prestasi Ekstra Kurikuler (PPE). Tak lupa beliau berpesan kepada kita semua untuk selalu ”bersilaturahmi” dengan www.kopertis3.or.id agar cepat mengetahui informasi terbaru yang berkenaan dengan program kopertis wilayah III.

Selesai Coffe Break, Muncul didepan Podium Mr ”Gondrong” yang sudah sangat familier dilingkungan BSI, beliau adalah Bp. Abdul Basith yang ternyata diundang oleh Kopertis untuk menjadi pemateri dengan tema ”Menjadi Entrepreneur Sebuah Pilihan Mulia”. Meskipun yach 75%-lah saya sudah khatam dengan materi yang beliau sampaikan namun beliau memang beda, dengan pengalamannya beliau bisa memberikan nuansa baru kepada audience. Audience kadang dibuat fokus, serius, tertawa, tersenyum, merenung, berfikir dan dengan suguhan games dan ice breakingnya beliau tidak tampak seperti dosen tua ech maaf senior namun tampak layaknya motivator hebat. Inti materi yang beliau sampaikan adalah  bahwa  Sukses itu kuncinya kaya, kaya itu kuncinya wirausaha. Jadi tak akan menjadi orang kaya kalo tidak berwirausaha. Itulah sekelumit pesan yang beliau sampaikan kepada audience untuk disampaikan kepada seluruh mahasiswanya.

Pasca ISHOMA, Bp. Hendarman (Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti) menyampaikan  materi tentang  “Pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) di Perguruan Tinggi”, beliau banyak menampilkan angka-angka pengangguran, pengangguran terdidik, ratusan ribu pelamar kerja dll, hanya sayang data yang beliau tampilkan sudah sangat lama. seperti data tingkat kemandirian vs latar belakang pendidikan itu  sumbernya dari BPS Sakernas tahun 2003, data pengangguran tahun 2006 dan 2007 dll. Saya pikir beliau akan menampilkan data2 terbaru dari yang saya temukan.  Sedikit mengupas tentang entrepreneur beliau selanjutnya menyampaikan program kerjanya mengenai alokasi dana dari Dikti  yang salah satunya untuk perguruan tinggi swasta melalui kopertis.

Masuk pada pembahasan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) hampir dari seluruh perwakilan perguruan tinggi yang hadir menyimak dengan seksama setiap komponen yang berhubungan dengan program tersebut, dari mulai prinsip program, tujuan program, persyaratan peserta/mahasiswa, Indikator keberhasilan, skema pembiayaan sampai kepada persyaratan pemberian modal kerja. Seperti telah diduga sebelumnya selesai Pak Hendarman menyudahi materinya, banyak dari audience yang bertanya seputar persyaratan, mekanisme, besarnya modal kerja  dll yang berhubungan dengan subsidi halal tersebut, maklum dana yang dianggarkan cukup lumayan dan siapa cepat dia khan dapat. Pada sesi ini sayapun yang kebetulan duduk paling depan turut mengacungkan tangan untuk bertanya namun ya sudahlahh…..kebanyakan penanya jadi sementara di-save-dulu pertanyaannya.

Sesi ke empat dan kelima secara berturut-turut Bp. Yusuf Kurniadi (Ketu Rayon IV) dan Bp. Erizal Azhar (Ketua Rayon II/Ketua Umum BAPOMI : Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesai) menyamping materi masing2. Bp. Yusuf berbicara mengenai pentingnya sinergitas dan networking diantara sesama perguruan tinggi khususnya seluruh perguruan tinggi swasta di kopertis wilayah III sehingga tercipta team work yang solid dan kerjasama yang berkesinambungan dan saling menguntungkan. Sementara Bp. Erizal menyampaikan informasi tentang Badan Pembina Olahraga Mahasiswa DKI Jakarta yang meliputi : landasan pendirian, prestasi kontingen BAPOMI DKI Jakarta dari tahun ke tahun, Struktur Kepengurusan BAPOMI DKI Jakarta, dll.

Kembali moderator memberikan waktu kepada peserta untuk bertanya kembali, setelah beberapa penanya sayapun beranjak dari tempat duduk untuk turut mengkritisi dan memberikan masukan kepada forum saresehan tersebut. Saya sampaikan bahwa Pengembangan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) yang dijalankan dikti melalui direktur kelembagaan agak kontradiktif dengan  Character seorang entrepreneur yang akan kita bangun.  Namun juga sebagai stimulus untuk meningkatkan minat wirausaha mahasiswa adalah tidak salah untuk dijalankan, yang terpenting jika memang dikti dan kopertis mempunyai niat baik dan kesungguhan untuk memberikan subsidi kepada mahasiswa maka yang terpenting subsidi itu dapat dirasakan manfaatnya oleh banyak mahasiswa dibanyak perguruan tinggi bukan oleh sedikit mahasiswa disedikit perguruan tinggi “terdekat”. Hal yang berkenaan dengan subsidi PMW harus transparan diketahui oleh seluruh perti, Jadi seluruh Perti tanpa kecuali mengetahui ke Perti mana saja setiap periodenya subsidi itu dikucurkan.

Mengkritisi pemateri kaitannya dengan pentingnya wirausaha bagi mahasiswa,  saya sampaikan bahwa tugas kita sebagai pendidik tidak finish sampai pada mewujudkan mahasiswa menjadi seorang entrepreneur (job creator), namun lebih dari itu, ada yang selalu kita lupakan dengan peranan mahasiswa yang sungguh luar biasa strategisnya. Kaitannya dengan PMW, Mahasiswa sebagai agen pembaharu bangsa wajib mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat terutama generasi muda tentang pentingnya menumbuhkan sikap dan mental kewirausahaan sejak dini.  Dengan fungsi social responsibilitynya tersebut, mahasiswa diharapkan tidak hanya menjadi sang creator entrepreneur namun juga mampu melahirkan sebanyak mungkin entrepreneur muda yang siap memerdekakan bangsa ini dari berbagai keterpurukan. Untuk Dikti dan Kopertis yang Saya lihat bersungguh2 dengan Program PMW ini, Sayapun mengusulkan kepada Dikti dengan berbagai otoritas yang dimiliki dan Kopertis dengan mandatnya dari seluruh Perti Swasta, untuk mampu bekerjasama dengan lembaga keuangan Bank/Non Bank sehingga dapat memberikan kemudahan kredit kepada mahasiswa yang ingin berwirausaha baik persyaratan, prosedur ataupun tata cara lainnya.  Inilah hemat saya program yang terlihat mendidik, melatih dan mengajarkan mahasiswa untuk mempunyai rasa tanggung jawab,  memberikan solusi modal  kepada mahasiswa wirausaha, berkesinambungan dan juga sangat  menguntungkan lembaga keuangan dalam mengelola dan mengolah keuangannya.

Terakhir sayapun mempertanyakan  kepada Pengurus BAPOMI DKI (Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia)  mengenai tidak tercantumnya nama BSI didalam struktur kepengurusan BAPOMI periode 2008 – 2012 padahal tidak sedikit dari mahasiswa BSI yang turut serta mengharumkan nama Bangsa ini dikancah Olahraga. Bp. Erizal Azhar sebagai Ketua Umum BAPOMI DKI menawarkan kepada BSI untuk menjadi Koordinator Cabang Olahraga Bola Voli BAPOMI untuk melaksanakan program kerja yang berhubungan dengan turnamen voli khususnya tingkat DKI. *Penanggung Jawab Mata Kuliah Entrepreneurship Akademi BSI/Pembina KBV-BSI

Oleh: Heri Kuswara | November 15, 2008

Merubah Paradigma Job Security Menjadi Career Security

Merubah Paradigma Job Security Menjadi Career Security

Jika didalam dunia usaha kita sering mendengar istilah wiraswasta dan wirausaha, maka dalam dunia kerja mungkin rekan-rekan sudah familier dengan istilah Job security dan career security. Ada kesamaan menurut penulis diantara kedua istilah dunia usaha dan dunia kerja tersebut, menjadi seorang wiraswasta atau job security lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu adanya dorongan dari luar diri (interpersonal) yang mendukung seseorang menjadi wiraswasta atau menjadi seorang job security sementara wirausaha atau career security sangat didorong oleh faktor internal dalam diri (intrapersonal) dengan mengutamakan potensi diri dan daya juang dalam mewujudkannya menjadi seorang wirausaha atau career security.

Dari penuturan diatas, tentu rekan-rekan hampir setuju bahwa menjadi seorang karyawan yang berfokus pada persiapan dan pengembangan karir akan lebih sukses dalam mencapai karir gemilang jika dibandingkan dengan karyawan yang hanya berfokus pada sebatas mengamankan pekerjaan, jabatan dari persaingan yang sangat kompetitif didalam internal perusahaan. Namun pada kenyataannya tanpa kita sadari hampir semua dari kita (maaf mungkin anda tidak) dalam keseharian kita bekerja selalu dihabiskan hanya untuk bagaimana supaya pekerjaan yang ditugaskan pimpinan kepada kita dapat dijalankan dengan baik penuh kerja keras, loyalitas dan dedikasi. Sepintas memang benar bahwa dalam menunaikan tugas pekerjaan tentunya kerja keras, loyalitas dan dedikasi adalah kata kuncinya namun apakah dewasa ini ditengah persaingan yang super ketat ditambah arus globalisasi yang semakin tak terbatas ketiga unsur diatas cukup untuk membuat karir anda cemerlang atau mungkin akan mampu mempertahankan eksistensi perusahaan anda ?.

Ada beberapa keuntungan dari karyawan yang befokus pada job security, yach itu dia salah satunya akan tetap menjadi “kuncen/penghuni” perusahaan tanpa peduli apapun posisi dan jabatannya. Namun jika dilihat dari perkembangan karir maka amat sangat merugi jika seseorang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja hanya berkutat pada pekerjaan dan jabatan itu-itu saja, tentunya kurang baik untuk masa depan diri dan keluarganya. Lain halnya dengan karyawan yang berfokus pada career security, mereka selalu mempunyai pola pikir kedepan (visioner), bekerja keras tidak hanya sekedar untuk memperlihatkan kesetiaan dan pengabdian terhadap pimpinan namun lebih kepada berfikir kritis dan bertindak cerdas dalam membangun dan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya reward akan kita dapatkan terutama dalam bentuk pengembangan karir.

Ada beberapa perbedaan menurut penulis antara karyawan yang menganut paham job security dengan karyawan yang berpaham career security, diantaranya :

No

Job Security

Career Security

1.

Berfokus pada Loyalitas dan Dedikasi (setia dan mengabdi)

Lebih dari itu, Kreatifitas dan Inovasi sangat diperlukan

2.

Kerja Keras sesuai Job (sebatas Jobdes)

Kerja Cerdas Melebihi Job (berani mengambil resiko (positif))

3.

Perkembangan karir ditentukan oleh syarat administratif yaitu lama kerja dan strata pendidikan

Kreatifitas sebagai kunci dalam perkembangan karir

4.

Bekerja atas dasar perintah dan tanggung jawab pekerjaan (wait and see)

Bekerja atas dasar kebutuhan dan dorongan jiwa (career and motivation)

5.

Tunduk dan patuh pada atasan/pimpinan (personil)

Tunduk dan patuh pada institusi (aturan organisasi)

6.

sibuk mewujudkan target-target perusahaan (terbebani)

Sibuk memikirkan konsep dan gagasan baru (tertantang)

7.

people of action

people of thought

8.

The job mental attitude

The enterprising mental attitude

9.

Low bargain

High bargain

10.

Comfort zone

Challange zone

12.

Job Skill (IQ)

Software Skill (EQ)

Memang iya dari perbedaan diatas satupun tidak ada yang salah, baik ciri-ciri karyawan yang berstatus job security maupun karyawan yang berstatus career security kedua belasnya menunjukan karyawan yang mempunyai niat sungguh-sungguh dan harapan besar akan pentingnya dalam menjalankan pekerjaan terbaik, namun bukankah dewasa ini paradigmanya sudah berubah, arus globalisasi yang super cepat (kompetisi dunia) dan perkembangan ICT yang super canggih memaksa setiap kita untuk menjadi karyawan yang mempunyai ciri : mental yang kuat, visi yang jelas, berjiwa entrepreneurship, berfikir kritis, mampu bertahan dalam tekanan (tantangan), dan sikap-sikap positif lainnya sehingga mampu merealisasikan cita-cita organisasi (visi institusi).

Mungkin pernyataan2 dari Denis Waitley (motivator dunia) dibawah ini bisa menjadi inspirasi kita dalam mereformasi job security menjadi career security :

“Yesterday natural/resources defined power. Today knowledge is power”

“Yesterday hierarchy was teh model. Today synergy is the mandate”

“Yesterday leaders commanded and controlles. Today leaders empower and coach”

“Yesterday leaders were warriors. Today leaders are facilitators”

“Yesterday leaders demanded respect. Today leaders ecourage self resfect”

“Yesterday employees tok directed. Today managers delegate”

“Yesterday managers oreders. Today teams make decisions”

“Yesterday seniority signified status. Today creativity dirves process”

Dengan demikian penulis berkesimpulan, tak ada yang salah dari karyawan yang berfokus pada job security namun teranglah bahwa jika perlahan-lahan paradigma tersebut bergeser ke career security maka pencapaian yang diperoleh tentunya akan lebih maksimal dari sebelumnya baik dari sisi karir maupun perkembangan perusahaan. Heri Kuswara

Oleh: Heri Kuswara | September 8, 2008

TIPS Cepat Mendapatkan Pekerjaan

TIPS Cepat Mendapatkan Pekerjaan

 

Langsung dapet kerja setelah lulus kuliah itulah memang dambaan semua mahasiswa. Bagi mahasiswa, setelah melahap teori ini.. itu.., memasuki dunia kerja bagaikan melangkah ke dunia baru yang penuh dinamika dan tantangan. Namun, untuk mendapatkan kerja usai kuliah bukan hal mudah. Anda harus bersaing secara ketat dengan para fresh graduate lainnya.

 

Tapi jangan terlalu khawatir, setidaknya ada beberapa cara untuk mengantisipasi kesulitan mendapat kerja seusai kuliah. Bagaimana caranya ? Mulailah dari kampus ! Maksudnya saat Anda masih duduk di bangku kuliah, Anda harus mulai  ‘bergerilya’  mengumpulkan informasi dunia kerja.

 

Nah tips berikut ini dapat membantu Anda agar cepat mendapatkan pekerjaan, simak deh  :

 

™    Rajin-rajinlah melihat Informasi Peluang Kerja.

Pengumuman di mading kampus, Web Site Kampus, Lembaga Career Kampus merupakan media informasi kerja yang up to date dan akurat. Banyak Pengumuman tentang  informasi pekerjaan secara rutin dipajang/diupload dari berbagai jenis perusahaan. Juga anda dapat melakukan download pada situs-situs career.  Jika sesuai, buatlah surat lamarannya dan kirimkan ke perusahaan tersebut.

 

™    Kirimlah surat lamaran sedini dan sebanyak mungkin.

Selain rajin membaca papan pengumuman di kampus, Lembaga Career Kampus, atau web site kampus  ngga ada salahnya Anda rajin hunting lowongan pekerjaan lewat koran, internet, dll. Jika ada yang cocok dengan Anda, kirimkan lamaran secepat mungkin. Besar kemungkinan file Anda tidak datang terlambat, dan akan diperlakukan dengan layak.

 

™    Gali informasi Career Sebanyak-banyaknya.

Sumber Informasi career, peluang dan yang berhubungan dengan pekerjaan dapat kita dapatkan dari Lembaga career kampus,  Dosen, senior (Ikatan Alumni) dan civitas akademika lainnya mengenai prospek mendapatkan pekerjaan.

 

™    Tergabung Kedalam Jaringan Career.

Menjadi salah satu anggota atau pengurus suatu jaringan career seperti pada lembaga career, Ikatan Alumni,  Groups Yahoo, Mailing List, dll akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi pekerjaan. Jaringan career diatas merupakan media efektif dan refresentatif bagi mahasiswa/alumni dalam meraih pekerjaan yang didambakan.

 

™    Sertakan berbagai Referensi dan Rekomendasi.

Saat mengirimkan surat lamaran, sertakan berbagai referensi dan rekomendasi baik berupa sertifikat atau surat keterangan dari kampus dan perusahaan (tempat Study Banding, Riset, PKL atau KKP) Terutama, jika prestasi akademik kita cukup memuaskan. Karena ini akan menambah point tersendiri.

 

™    Kerja paruh waktu.

Sebagai mahasiswa yang masih mengenyam bangku kuliah dan tentunya belum expert disalah satu bidang pekerjaanpun,  jangan alergi dengan peluang pekerjaan apapun yang penting halal (sesuai kemampuan). Dan jangan malu atau ragu dengan kerja paruh waktu, free lines, magang  dan sebagainya.  Saat itu seraplah ilmu praktis sebanyak-banyaknya, sehingga menjadi referensi anda untuk meniti karir ke-jenjang yang lebih menggiurkan.

 

™    Jangan remehkan kesempatan PKL/Magang/KKP.

Manfaatkan moment ini sebaik-baiknya. Serap dengan baik pengalaman kerja secara langsung. Jalinlah hubungan baik dengan media atau perusahaan tempat Anda praktek. Siapa tau aja, kelak usai Anda kuliah, Anda bisa menembus kerja di perusahaan itu.

 

™    Manfaatkan Moment Penyusunan Tugas Akhir.

Penelitian di perusahaan tertentu saat penyusunan tugas akhir bisa membuka peluang kerja Anda kelak. Selain menggali bahan-bahan tugas akhir dari orang-orang yang kompeten di perusahaan tsb, jangan lupa jalinlah hubungan baik dengan mereka. Selain bisa menambah ‘point’ tugas akhir Anda, hal ini juga membuka kesempatan yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan saat lulus kuliah.

 

Selebihnya, tentu saja Anda harus mengembangkan minat, bakat, dan keterampilan Anda plus menjalin hubungan pertemanan seluas-luasnya. Baik dengan sesama rekan mahasiswa, Alumni maupun dengan kalangan pekerja. Niscaya semua ini akan mempermudah Anda melangkah ke dunia kerja saat meninggalkan bangku kuliah. Anda setuju…?? Jika Yaa… Silahkan Dicobaa. Chagggghh……. Disampaikan Oleh BSI Career

 

Oleh: Heri Kuswara | September 8, 2008

Be a Smart Worker

Be a Smart Worker

Heri Kuswara

 

Tanggal 23 Februari 2008, Kami (Heri Kuswara & M.Islahuddin) dan Bapak Suparman (Kajur MA-ASM BSI) diundang dalam acara launching dan bedah buku terbarunya Dr Eddy Iskandar, PhD (Nara Sumber BSI) & Tiana S Wijono berjudul “Xsistensi, Xperiensi, Xpertis (Be a Smart Worker”). Bapak Suparman sebagai tamu kehormatan duduk di sopa terdepan,  sementara Kami duduk di meja bundar dengan beberapa tamu dan peserta lainnya. Singkat acara sampailah pada sesi tanya jawab, terdorong rasa keingintahuan lebih jauh tentang Be a smart worker, Kamipun turut aktif bertanya mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan be a smart worker baik kepada keynote speakernya yang kebetulan menghadirkan Prof Dr.H.Bambang Marsono,MA,MSc,PhD maupun kepada Dr Eddy. Dari jawaban, tanggapan yang dilontarkan beliau berdua, kami semakin menyadari  tentang pentingnya Be a smart worker di institusi manapun kita berada. Dan tentunya kamipun mendapatkan reward dari panitia berupa buku-buku karya beliau berdua. Alhamdulillah existence kami hadir di acara itu membuahkan expereince  sebagai modal kami berkiprah di institusi ini.

 

Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang smart worker, berikut beberapa teori kami sampaikan dalam artikel singkat ini.  Menurut. Mondy dan Premeaux (1993:19) oleh Bambang Marsono smart worker adalah mampu bekerjasama dengan pekerja lain dan yang lebih penting lagi dengan atasannya”. Fleet (1988{23-24) oleh Bambang Marsono menyatakan seorang smart worker adalah mampu bekerja lebih efisien dan efektif. Efisien adalah karyawan yang mampu melaksanakan pekerjaan melalui kemampuannya dalam menghemat biaya, tenaga, maupun sumber daya lainnya yang tersedia. Sementara efektif adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan dengan cara dan hitungan waktu yang tepat. Mc Tague (1989 :7-8) oleh Bambang Marsono menyatakan, sebagian besar produktivitas perusahaan dapat dicapai jika terdapat kerjasama yang jitu antara manajer dan karyawannya. Empat per lima dari sukses perusahaan sangat ditentukan oleh karyawan. Philip C. Schechty (1997-38) menyatakan  sebuah organisasi harus tetap memiliki mereka yang  berkemampuan kompetitif, sehingga produktivitas secara fisik maupun mental  tercapai. Secara Satirik ia menyatakan kalau ada perusahaan yang memiliki karyawan yang tak mau memperbaiki diri alias tidak smart,  sebaiknya mereka pindah ke tengah laut atau mati saja.  

 

Ada satu teori yang membuat kami tertarik untuk menguraikannya lebih jauh, yaitu teorinya Eddy Iskandar (2008 : 24) menyatakan  seorang pekerja cerdas adalah mereka yang mempunyai Integritas, Kompetensi dan Loyalitas.

 

1.      Integritas.  Integritas menurut kami seseorang yang memiliki attitude baik,  jujur dan Disiplin. Contoh yang paling sederhana untuk melihat seseorang ber-attitude baik atau tidak adalah ketika siapapun dilingkungan kerja kita yang menegur duluan tanpa pandang bulu. Dapatkah kita menegur duluan? meskipun mungkin orang yang kita tegur lebih rendah jabatannya, yunior kita, atau apapun statusnya, seberapa sering kita menyapa  Pramubakti, Cleaning Service yang setiap hari tanpa kata tidak membantu kita dalam menjalankan tugas institusi ini. Terbiasakah kita sekedar say hallo  kepada Satpam yang dengan disiplin militernya mampu menjaga dengan aman kendaraan kita dari pagi sampai malam tanpa lelah dan mengeluh. Tegurlah mereka dengan  kehangatan, keramahan, senyuman dan hadirkan rasa persaudaraan, persahabatan dalam hatinya. Dengan begitu suasana saling menghormati dan menghargai akan tercipta dalam lingkungan kerja yang kondusif. Jujur itu mudah sepertinya, namun sangat sulit mempraktekannya terutama dalam lingkungan kerja. Kadang untuk menutupi kekurangan, kesalahan terpaksa kita harus berbohong, tak ada satu dalilpun yang membolehkan kebohongan. Mulialah jujur dengan hal-hal yang kecil, baik jujur tentang diri maupun jujur tentang pekerjaan. Seseorang yang jujur baik dalam berucap maupun dalam berbuat akan senantiasa mendapatkan banyak kepercayaan terutama dari atasannya. Kemudian Integritas itu disiplin, disiplin bukan hanya sekedar tepat waktu namun disiplin dalam mentaati seluruh peraturan yang berlaku di perusahaan. Itulah terkadang peraturan yang ada sering kita langgar, padahal adanya peraturan itu bukan untuk dilanggar tapi untuk mendisiplinkan kita dalam beraktifitas.

2.       Kompetensi. Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang. Seorang smart worker tidak sekedar pintar dari sisi ilmu, pengetahuan  dan keterampilan saja ((Thereshold Competency) namun harus mempunyai keunggulan  (Differentiating Competencies) dalam mengimplementasikannya. Contoh seorang dosen tidak cukup beretorika di depan mahasiswa dengan teori yang dikuasasi namun lebih dari itu harus mampu mentransformasikan ilmunya menjadi dimengerti oleh mahasiswa, mampu mencurahkan keilmuannya dalam bentuk penelitian untuk menghasilkan karya ilmiah dan mampu mengabdikan ilmu pengetahuan, hasil karyanya untuk kemajuan bangsa. Itulah salah satu contoh seorang smart worker.

 

3.       Loyalitas. Loyalitas tidak sekedar setia, taat, patuh dan menghabiskan waktu untuk perusahaan. Makna dari loyalitas dalam kamus Oxford Thesaurus adalah : (1) Percaya dan bisa dipercaya. Misalnya percaya atas tugas yang diembannya akan berhasil dan dapat dipercaya oleh institusi  dalam mengemban  tugas dan tanggung jawab tersebut. (2) Konsisten dan stabil. Misalnya ketika kita  mendapatkan sanksi atau teguran, merasa dianaktirikan oleh pimpinan, dijauhi oleh rekan kerja dll, orang yang mempunyai loyalitas tinggi tetap akan bekerja dengan semangat tinggi, memperlihatkan kinerja yang baik, tidak mengeluh, tidak mengumpat dan tetap stabil bekerja dalam berbagai kondisi. (3) Dedikasi. Mempunyai pengertian yang sangat mulia yaitu proses pengabdian yang sangat tulus dari seorang karyawan dengan segenap kemampuan dan energi yang dimiliki tanpa melihat seberapa besar reward  yang diberikan perusahaan kepada kita. Orang yang mempunyai dedikasi tidak akan pernah menghitung  kontribusi yang telah diberkan kepada perusahaan. (4) Patriotik. Jiwa patriotik tidak sekedar mempunyai rasa memiliki atau kepedulian yang tinggi terhadap perusahaan namun lebih dari itu seorang karyawan yang mempunyai jiwa patriotik akan selalu menjadi garda terdepan dalam mempertahankan dan memajukan keberlanjutan perusahaan. Membela hak-hak perusahaan dan menjadi bagian.

 

Dewasa ini, menjadi smart worker adalah sebuah keharusan yang tak terelakan. Seseorang akan tetap bertahan dan meraih karir terbaik jika mampu mempunyai integritas, kompetensi dan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan. Denis Waitley seorang pakar motivasi dan penulis buku-buku self help mengatakan : ”Yesterday seniority signified status. Today creativity drives process”.  Jelaslah bahwa kesuksesan karir seseorang tidak lagi ditentukan oleh lamanya dia bekerja (sudah senior)  namun sangat ditentukan oleh kreatifitas yang merupakan proses untuk meraih sukses.Sumber Bacaan

Iskandar Eddy dan S Wijono Tiana. 2008. Xsistensi, Xperiensi, Xpertis (Be a Smart Worker). Jakarta:Central Productivity & Management PRESS.

 

Oleh: Heri Kuswara | September 1, 2008

Mudahnya Menjadi Mahasiswa Sukses

OCh yach gimana caranya

Oleh: Heri Kuswara | September 1, 2008

Bersikap Asertif di Lungkungan Kerja

Enya Seputar eta tah

Kategori